Sabtu, 10 November 2012
Aborsi
Aborsi adalah salah satu tindakan yang bisa menimbulkan banyak dampak buruk bagi kesehatan. Kini bertambah lagi efek buruk dari aborsi yaitu meningkatkan risiko terkena gangguan mental.
Aborsi bukanlah suatu prosedur medis yang sederhana. Jika dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Bahkan bagi beberapa perempuan hal ini dapat mempengaruhi fisik, emosional dan spiritualnya. Namun tidak semua orang tahu tentang risiko yang bisa dialami jika melakukan aborsi.
Pengertian aborsi adalah keluar prematur dari hasil konsepsi (janin, membran janin, dan plasenta) dari rahim. Ini adalah hilangnya kehamilan dan tidak mengacu pada mengapa kehamilan yang hilang.
Sebuah aborsi spontan adalah sama dengan keguguran. Keguguran 3 atau lebih kehamilan berturut-turut disebut aborsi kebiasaan.
Mendefinisikan Aborsi berdasarkan Definisi Medis
Aborsi menurut definisi adalah tidak baru dalam masyarakat manusia. Aborsi adalah mengakhiri kehidupan dalam rahim ibu. Definisi medis yang diberikan di atas. Definisi Alkitab hanyalah pembunuhan seorang bayi di dalam rahim ibu, dan pelanggaran Jangan membunuh.
Aborsi adalah salah satu mata pelajaran yang paling sulit, kontroversial, dan menyakitkan dalam masyarakat modern. Kontroversi utama berkisar pada pertanyaan-pertanyaan yang membuat keputusan tentang aborsi, individu atau negara; dalam keadaan apa mungkin dilakukan, dan yang mampu membuat keputusan. Pertanyaan medis seperti teknik aborsi kurang kontroversial tapi kadang-kadang bagian dari perdebatan yang lebih besar.
Aborsi bukanlah hal baru dalam masyarakat manusia, sebuah studi oleh antropolog George Devereux, menunjukkan bahwa lebih dari 300 kontemporer masyarakat nonindustrial manusia dipraktekkan aborsi. Perempuan telah melakukan aborsi pada diri mereka sendiri atau aborsi yang berpengalaman di tangan orang lain selama ribuan tahun dan aborsi terus terjadi hari ini dalam pengembangan wilayah di bawah kondisi medis primitif. Namun, teknologi modern dan perubahan sosial telah membuat aborsi sebuah bagian dari perawatan kesehatan modern. Pada saat yang sama, aborsi telah menjadi isu politik di beberapa masyarakat dan titik nyala untuk perbedaan pendapat tentang peran perempuan dan otonomi individu dalam keputusan-keputusan hidup.
RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis
Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar